Kembali kepada Allloh

Posted in Uncategorized on Januari 21, 2013 by keboireng

Apa yang terlintas ketika seseorang itu mendengar kata ” Kembali” , penulis kembali membuka blog ini setelah sekian lama ditinggalkan sendirian bergentayangan dan kembalinya penulis adalah untuk menulis kembali sesuatu yang belum ada didalam ruang atau halaman blog ini , bagaimana dengan ” Kembali kepada Allloh ” , siapa yang kembali kepadaNya………… secara umum orang mengenal adanya sebutan atau nama / asmo ‘ Allloh’.

Sudah lazim jika ada orang ” Mati” dikata ” kembali kepada Allloh ” , kenapa ..?

Kembali atau pergi adalah pekerjaan yang memerlukan berbagai cara dan sarana , sementara kembalinya orang mati adalah dihantar ke kuburan dipendem dalam tanah dan si Mayat tidak memerlukan adanya cara dan sarana karena jika si Mati memerlukan kain mori atau kafan tentu akan merepotkan isi kampung  tempatnya berdiri.

Jika pergi dan kembali adalah syariat yang nyata kapan sebenarnya orang itu ” Kembali kepada Allloh”  , jelas mustahil orang mati bersyariat yang pasti dia disyarati atau disyariati.

Menurut ahli bahasa syariat berasal dari kata ” roa” atau melihat  , nah …. jika demikian adanya maka ” kembali kepada Allloh ” sepertinya hanya dapat dilakukan oleh orang yang telah melihat Allloh …. hah lantas bagaimana jika sebelumnya orang itu belum pernah mengenal atau melihat Allloh  akankah ianya tersesat kepada Alloh yang lain atau yang kafir misalnya.

Boleh jadi semasa hidup orang itu rajin bahkan ahli mengenali sifat wajib bagi Allloh sebagaimana banyak dituliskan dan diajarkan para guru……………. akankah ia mengenali Allloh sesuai dengan rekaman pengetahuan semasa hidupnya.

Jika Allloh yang dituju adalah Dia Yang Maha Suci dan Maha LAisa Kamislihi  maka sesungguhnya rekamannya orang itu tidak dapat diputar  lagi karena program telah kadaluwarsa bahkan  ke-Mahaan yang diduga dan di Angan-kan manusia itu sendiri menjadi batil disebabkan  tak dapatnya pengetahuan itu  menembus tembok ” Laisa kamislihi syaiun milik-NYA”.

GULA-KELAPA

Posted in Uncategorized on April 28, 2009 by keboireng

Gula – kelapa pernah dipakai untuk menyebut nama bendera yang berwarna merah dan putih , bendera disebut juga panji atau simbul .

Gula dan kelapa adalah dua nama yang berasal dari satu keadaan yaitu sari bunga kelapa , Walaupun asalnya sama namun masing masing memiliki bentuk , warna dan rasa yang berbeda .  Gula ( jw ) berwarna merah kekuningan sedang kelapa berwarna putih. Gula berasa manis ,kelapa berasa mutlak ( ngemu rasa = mengandung semua rasa ).

Dalam bentuknya gula ditentukan oleh cetakan yang dibuat oleh tangan manusia sedang kelapa memiliki bentuk yang tetap walaupun tinggi rendahnya pohon yang menghasilkan tidak sama.

Gula dan kelapa mudah disatukan oleh selera .

Namun penyatuan gula dan kelapa masih dapat dipisahkan kembali dan itu terjadi ketika panas menghampiri maka terurai persatuan gula kelapa , gula dipanasi kembali menjadi gula , kelapa (santan ) dipanasi berubah menjadi minyak .

Dalam hal nilai , pengembalian gula memiliki nilai yang tetap sedangkan pengembalian kelapa memiliki peningkatan nilai ( dari santan menjadi minyak ).

Dalam gelap gula tak nampak sebaliknya dalam gelap minyak memberi penerangan walaupun tanpa api dan sumbunya.

Panas adalah rasa yang bagi sementara mahluk termasuk “rasa” yang tidak disukai karena menghilangkan rasa nyaman ( tak mengenakkan ) , panas dalam bahasa inggris disebut “Hot” dan dalam bahasa arab disebut “ Nar “.

“Nar”lazim juga disebut dengan “Neraka” yang berarti “ Wahana Panas” ( Hell ) , adanya wahana panas ( nar ) dapat dirasakan oleh yang memiliki (menggunakan ) perasaan , bagi sesiapa yang tak menggunakan rasa maka panas tidak mempengaruhi nya.

Putihnya kelapa nampak setelah dikupas dikuliti ( ditelanjangi-wudha ) , merahnya gula nampak ketika ia mulai menjadi gula , sebelum menjadi guna dia hanya cairan bening seperti halnya asal buah kelapa , semua berasal dari sari pati yang bening dan berjekat ( pliket – lengket ) didalam bahasa arab disebut “ sulalah “ yang dalam bahasa jawa disebut “ Lora “ yang berarti “ sesuatu bagian dari saripati.

Dalam hal kejadian manusia al Qur’an menyebut “ sulalatin min tin “ yang berarti sesuatu bagian dari sari pati tanah , sulalah atau lora dalam keadaannya adalah bening dan bening itu dapat berdiri diatas warna atau tanpa warna namun dia bukan bagaian dari warna melainkan mewakili texture penampilannya dan sifatnya , ibarat sebuah lem kertas , lem itu bisa saja dibuat berwarna warni menurut selera anak anak namun pada kenyataan setelah kita pegang dengan jari tangan maka akan keluar sifat lengketnya , ketika sifat menyata maka warna itu hilang yang ada hanyalah sesuatu yang bening transparan dan lengket , lengket adalah sifat mengikat , merekatkan atau menyatukan yang berpisah.

Didunia ini sekarang hanyalah persamaan sifat yang dapat menafikan warna kulit dan golongan , jabatan atau kasta bagi umat manusia , semisal “ persamaan (sifat) pandang” menyebabkan orang melupakan jarak atau jurang pemisah antara satu orang dan yang lainnya , mereka bersatu dalam satu pandangan yang sama demikian juga orang yang memiliki persamaan (sifat ) kata ( satu kata ) mereka dapat bersatu menggalang sebuah ideologi baru jauh meninggalkan beban hidup dan kesulitan masing masing .

Persamaan warna atau penyesuaian warna lebih sulit bersatu dibandingkan dengan persamaan sifat , orang kulit hitam merasa nyaman bersama sesamanya demikian juga kulit putih atau kulit berwarna ,warna hanya menimbulkan exclusivitas yang sempit sebagai mana adanya faham dan golongan sulit untuk bersatu.

Karena persatuan warna mereka justru menghasilkan warna yang baru demikian juga pemisahan warna akan mendapati adanya warna yang baru juga , hadis menyebut ini sebagai “ firgah” atau yang bercerai berai , berkotak-kotak atau bergolong-golongan.

Warna adalah pesona ia memiliki daya tarik tapi bukan daya rekat , ketika sifat itu kuat maka tak mudah untuk terpedaya permainan warna tapi ketika sifat itu melemah maka ia mudah diperdaya oleh warna bahkan akhirnya tenggelam terselimuti oleh warna warni

Melemahnya sifat diantara manusia adalah karena ulah para ahli fikir yang menggunakan rasio dalam membedah ilmu agamanya maka akibatnya sifat diri ditolakkan menjadi sifat semu seperti barang sewaan , erosi sifat diri makin lama menggerus adanya percaya diri menjadi sebuah rasa percaya , pada hal sesungguhnya selagi “masih terasa” itu sama artinya kepalsuan atau kesemuan , dunia ini adalah permainan rasa dan warna warninya .

Siapa merasa memiliki sesungguhnya ia tak punya apa-apa , siapa pula yang merasa percaya dia juga yang tak percaya , jadilah dunia ini senda gurauan rasa.

Karena didunia ini rasa itu bebas memilih dan menguasai , kadang pahit yang dipilih , kadang getir yang dikuasai , terkadang asam , kadang manis , panas , dingin , heran , takut , gembira dan kecewa .

PE ER DARI FENOMENA SANG PONARI

Posted in Uncategorized on April 3, 2009 by keboireng

Ponari dengan batu petirnya telah menjadi bagian tersendiri dari perjalanan hidup bangsa ini , kun fayakun telah merubah Ponari anak desa yang lugu menjadi dewa baru ditengah krisis kepercayaan yang melanda negeri ini ,  munculnya Ponari telah memberikan sketsa nyata keterpurukan negri ini  Pe Er bagi Calon Pemimpin. ;

 1. Segi  Pelayanan  Masyarakat :

Bahwa Ponari telah memecahkan record dalam memberi pelayanan kepada masyarakat tanpa syarat apapun ,  ia telah berhasil mengalahkan ribuan rumah sakit yang lebih banyak mendahulukan persyaratan dibanding pelayanan . 

Keterbukaan Ponari dalam menerima dan memberi pelayanan kepada masyarakat  seharusnya menjadi pelajaran bagi para pelayan masyarakat dinegri ini  yang selama ini tidak pernah transparan dalam melayani masyarakat.

Kecepatan dalam Pelayanan yang diberikan Ponari kepada siapa saja yang datang menemuinya seharusnya mendapatkan “PIAGAM ” tersendiri ditengah tradisi jam karet  yang melanda negri ini.

Kepercayaan kepada kinerja Ponari oleh masyarakat yang mendatanginya seharusnya menjadi cermin bagi para pemikir  negri ,  ada apa sebenarnya dibalik  masyarakat yang gemar berdzikir ini , sehingga begitu mudahnya terpesona dengan khasiat batu Ponari .

 2. Segi Budaya :

Bahwa kemunculan batu Ponari telah menunjukkan bahwa  ditengah masyarakat tengah dilanda krisis budaya ,  keadaan masyarakat yang kehilangan budayanya sendiri semakin menyata ditengah gemerlapannya reformasi ,

perubahan perilaku Ponari adalah kilas balik dari keberadaan orang orang yang dijumpainya yaitu  nakal dan liar 

kenakalan itu terlihat ketika aturan diberlakukan kepada yang mengunjungi Ponari tapi tidak dihiraukan  , keliaran adalah ketika nyawa ternyata sudah terlupakan sehingga satu persatu korban berjatuhan.

Sang Ponari justru menjadi korban budaya salah menyalahkan dan haram mengharamkan.

3. Jati Diri,

Gemerlap kemajuan negri ini  harus dibayar dengan sangat mahal  ,  yaitu hilangnya jati diri .

Dari Majapahit sampai masa Revolusi 1945 , negri ini dikenal  sebagai bangsa yang santun , teguh dan mendiri , tapi semua itu sekarang bagai hilang ditelan masa , banyak pemimpin negri yang tidak santun dalam menjalankan tugasnya bukan itu saja bahkan tidak memegang teguh sumpah dan janjinya , jika santun dan teguh tidak tercermin dari pengelola negri maka mustahil jika negri ini bisa mandiri , swa sembada ….. tetap harapan kosong belaka.

Perilaku itu menjadi panutan bagi masyarakat , Agama tinggal Agama ,  aturan tinggal aturan , Pe er panjang dari para calon pengelola negri ini .

4. Segi Agama :

Kemunculan Batu Ponari telah menunjukkan bahwa Pendidikan dasar agama yang diberikan saat ini telah gagal membina Tauhid pada sebagian bangsa ini . Apalah artinya agama jika   tanpa dasar tauhid yang benar .

Nilai dasar agama yang dahulu diberikan para luluhur telah luntur maka benarlah al Qur’an bahwa peringatan itu hanya berguna bagi yang mau menerimanya saja  .